Minggu, 20 November 2016

Biola Pasir dari Masa Lalu | #BookReview



"Kamu hanya burung-burungan kertas yang terikat di langit-langit kamar. Kamu harus berterima kasih karena Dia meniupkan nyawa pada burung-burungan kertas itu."


     Saat itu ada sale di salah satu toko buku dekat sekolah dan siapa yang tidak tergiur dengan harga murah? Jadi aku ke sana dan mencari beberapa buku.

     Aku lebih sering baca buku romance. Sebagian besar koleksi bukuku tentang romance. Saat aku lihat buku ini dan membaca deksripsi di belakangnya, sepertinya cukup menarik. Di deskripsinya juga ada tertulis kata 'salju' makanya aku tertarik hehe.

     Covernya yang menarik dengan gambar seorang gadis dan gambar biola, yang tentu saja langsung menarik perhatianku. Jadi, akupun memutuskan untuk membeli bukunya untuk mencoba hal baru yaitu membaca novel yang bukan romance. 

    Novel ini bercerita tentang Ni Luh Miranti, seorang anak yang tidak tahu di mana kedua orang tuanya tinggal. Dia tinggal dengan kerabat Ayahnya yang dia panggil dengan sebutan Bli Made. Ni Luh Miranti hidup dengan bekerja sebagai tukang suun (anak-anak kecil di Bali yang bekerja sebagai pembawa barang belanjaan. Biasanya membawa barang belanjaan dalam sebuah keranjang bambu yang ditaruh di atas kepala). 

   Meskipun hidup dalam kesusahan, Ni Luh Miranti memiliki sebuah biola yang dia beri nama Sarawati. Biola itu dulu dibelikan oleh Ayahnya, sebelum Ayahnya pergi meninggalkan Ni Luh Miranti. Ayah Ni Luh Miranti adalah seorang pemain biola yang sudah berjaya hingga bisa bermain di Australia. Namun karena terkena bom bali, Ayahnya kehilangan pendengarannya lalu pergi begitu saja meninggalkan Ni Luh Miranti.

     Ni Luh Miranti pun berjuang dan belajar bermain biola dengan Kadek Bagus, laki-laki dingin dan berwatak keras. Namun suatu hari Ni Luh Miranti kecelakaan dan harus kehilangan pengelihatannya. Awalnya Ni Luh Miranti mau menyerah, namun dengan bantuan Kadek Bagus yang selalu menjaga serta menjadi gurunya, Ni Luh Miranti tidak pernah menyerah.

   D.K. Sumirta menuliskan novel ini dengan gaya bahasa yang mudah dipahami, namun tetap memiliki makna yang cukup dalam. Kata-kata yang Ia rangkai sangat indah. Konflik yang menegangkan dan jarang ada dapat dikemas menjadi cerita yang sangat menarik.

    Ni Luh Miranti bermain biola, tentu saja dia pasti memainkan lagu-lagu klasik. Itu juga yang membuatku menyukai buku ini, ada lagu-lagu klasik yang bisa jadi referensi untuk aku dengerin hehe. 

     Buku 'Biola Pasir dari Masa Lalu' sangat bagus dan menginspirasi. Kisah perjalanan hidup Ni Luh Miranti yang akan membuatmu membuang kata menyerah dalah hidup. Ini bukan kisah cinta antara pria dan wanita, tetapi kisah cinta pada diri sendiri dan mimpi.



Judul: Biola Pasir dari Masa Lalu

Penulis: D.K. Sumirta

Tahun terbit: 2014

Penerbit: PT Grasindo

Halaman: 184 halaman



P.S. Nggak ngerti juga kenapa aku taruh kaca mata hitam di sebelah buku. I was trying so hard to look tumblr-ish but i failed lol. Forgive me.



"Ada banyak orang berengsek yang lebih suka hidup sengsara karena ketakutannya sendiri. Kamu mau ikut-ikutan dalam kelompok mereka, padahal sebenarnya itu hanya masalah pikiran?" -- Kadek Bagus

"Mengapa malu karena miskin? Akan lebih malu jika menyerah pada hidup."" - Ni Luh Miranti

"Semua yang dilakukan manusia akan lebih bermakna jika dipersembahkan untuk Tuhan."

"Percayalah... semua orang mengira lautan tak dapat diseberangi. Tapi ternyata setelah melaluinya, dia hanya sungai kecil. Semuanya akan baik-baik saja." -- Mbak Rah

"Ketika ada hal yang menyakitkan, kamu harus merasakannya. Semakin terasa menyakitkan, maka kesempatan itu akan cepat datang." -- Kadek Bagus

Disclaimer: This is not a sponsored post. The review is based on my honest opinion

Tidak ada komentar:

Posting Komentar