Jumat, 15 September 2017

The Architecture of Love | #BookReview


"People say that Paris is the city of love, but for Raia, New York deserves the title more. It's impossible not to fall in love with the city like it's almost impossible not to fall in love in the city."

New York mungkin berada di urutan teratas daftar kota yang paling banyak dijadikan setting cerita atau film. Di beberapa film Hollywood, mulai dari Nora Ephron's You've Got Mail hingga Martin Scorsese's Taxi Driver, New York bahkan bukan sedadar setting namun tampil sebagai "karakter" yang menghidupkan cerita.
Ke kota itulah Raia, seorang penulis, mengejar inspirasi setelah sekian lama tidak mampu menggoreskan satu kalimat pun.
Raia menjadikan setiap sudut New York "kantor"-nya. Berjalan kaki menyusuri Brooklyn sampai Queens, dia mencari sepenggal cerita di tiap jengkalnya, pada orang-orang berpapasan dengannya, dalam percakapan yang dia dengar, dalam tatapan yang sedetik-dua detik bertaut dengan kedua matanya. Namun bahkan setelah melakukan itu setiap hari, ditemani daun-daun menguning berguguran hingga butiran salju yang memutihkan kota ini, layar laptop Raia masih saja kosong tanpa cerita.
Sampai akhirnya dia bertemu seseorang yang mengajarinya melihat kota ini dengan cara berbeda. Orang yang juga menyimpan rahasia yang tak pernah dia duga.


Setelah dibuat terbang melayang-layang karena "Critial Eleven", aku harus baca buku ka Ika yang lain. "The Architectur of Love" karya Ika Natassa adalah buku kedua dari Ka Ika yang aku baca, dan aku cinta banget. Mulai dari sinopsisnya aja sudah bikin penasaran banget, apalagi latar tempatnya adalah New York. Haduh, waktu pertama kali lihat buku ini dan baca sinopsisnya, pokoknya harus baca! 

Cover bukunya menurutku "mengundang" banget buat dilihat. Soalnya aku suka cover yang simple tapi keren gitu loh hahaha. 

Buku ini menceritakan dengan Raia, seorang penulis best seller yang pergi ke New York untuk mencari inspirasi menulisnya karena dia mengalami "Writer's block". Di New York, dia berjalan-jalan dengan buku catatannya atau laptop, mendengarkan setiap percakapan, melihat setiap kegiatan orang-orang di sekelilingnya. Berusaha mencari inspirasi di tengah keramaian.

Hingga suatu hari, ia bertemu River, seorang pria yang tidak sengaja ia temui. River seseorang yang dingin, tidak banyak bicara, tapi tetap hangat dan ramah. River yang suka menggambar dan Raia yang butuh inspirasi menulis, akhirnya memutuskan untuk berjalan-jalan mengelilingi New York setiap hari bersama-sama. Raia mencari inspirasi dan River menggambar gedung-gedung.

Dari hanya sekedar teman berjalan-jalan, Raia mulai belajar melihat kota New York dari sisi yang berbeda. Mereka perlahan-lahan semakin dekat, hingga Raia tahu rahasia River dibalik sikapnya selama ini yang membuat Raia penasaran.

Cerita tentang seorang penulis yang tidak bisa menulis lagi, lalu bertemu dengan seseorang sangat menarik perhatian aku. Apalagi dengan sifat Bapak River yang menurutku "Husband Material" sekali hahaha. Buku ini sukses banget bikin aku klepek-klepek sama sifatnya Bapak Sungai.

Raia dan River, yang sama sama memiliki masa lalu yang ingin dilupakan, bertemu dengan tidak sengaja, menjadi dekat dan saling berbagi cerita tentang gedung atau tempat yang mereka kunjungi. Raia dengan sifatnya yang friendly, River dengan sifatnya yang dingin. Mereka sama sama mencari "peralihan" dari masa lalunya. 

Alur ceritanya sulit ditebak. Aku dibikin penasaran terus sama Ka Ika soalnya pasti merahasiakan masalahnya untuk di pertengahan, bikin aku kepikiran terus "Aduh, ini sebenarnya kenapa sih." hahaha. 

Ka Ika menuliskannya dengan sudut pandang ketiga, tapi juga ada beberapa bagian menggunakan sudut pandang orang pertama sebagai Raia dan River. Aku paling senang nih kalau ada sudut pandangnya diganti-ganti, jadi nggak perlu penasaran sebenarnya apa yang dirasakan orang itu.

Dan seperti di Critical Eleven, Ka Ika selalu menulis dengan gaya penulisan yang santai namun tetap enak dibaca dan nggak kaku. Plus banyak percakapan dengan bahasa Inggris, jadi bisa belajar juga yeaay.

Buku ini wajib banget sih dibaca sama siapapun kalian yang bermimpi suatu hari nanti pengen ke New York. Aku baca buku ini serasa lagi traveling ke New York, soalnya diajak keliling-keliling sama Bapak River terus. Apalagi Ka Ika menuliskan setiap gedung/tempat itu dengan cukup detail. Jadi dapat pengetahuan baru tentang tempat-tempat di New York seperti Whispering Gallery, Queensboro Brigde, Grand Central Terminal, dan lainnya. Keren banget! Bikin makin pengen ke New York.

Satu kekurangannya adalah, endingnya. Menurutku endingnya tuh kayak masih menggantung. Masih ada beberapa hal yang sebenarnya perlu dijelaskan (atau mungkin menurut aku aja perlu penjelasan karena belum diberitau sebenarnya bagaimana akhirnya).

Tapi selain itu, "The Architecture of Love" adalah sebuah kisah cinta yang dewasa, nggak lebay, tapi sangat seru! Bikin kepikiran kalau belum baca sampai habis. Ka Ika, sekali lagi sudah sukses bikin aku jatuh cinta dengan bukunya! Terima kasih telah menciptakan Bapak River.


Judul : Critial Eleven

Penulis: Ika Natassa

Tahun Terbit: 2016

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Halaman: 304 halaman

Rate: 4/5


"Kita memang tidak pernah bisa memastikan kapan kita bisa menerima masa lalu, seberapa jauh pun kita sudah mencoba melangkah ke masa depan."

"With the way he makes me feel, I don't care about that shit anymore. I don't need to know about his past anymore because his present-and presence-makes me happy. I make him laugh and he makes me laugh and it's enough."

"There's nothing good will come out of doing it, right, Raia? Nothing. You'll end up even more foolishly in love with a man who doesn't even blink on the thought of leaving you. This was never meant to last longer. This is temporary."

"Tidak menghitung waktu tidak akan menjadikan waktu berhenti. Sama seperti meyakinkan diri sendiri bahwa sesuatu itu biasa-biasa saja tidak akan dapat mengingkari takdirnya untuk menjadi lebih dari biasa."

"Paul pernah bilang disayangi itu menyenangkan. Hari ini River tahu, diingat oleh seseorang yang disayangi itu juga menyenangkan."


P.S Pembatas bukunya Ka Ika selalu lucu-lucu, ku senang hahaha

Disclaimer: This is not a sponsored post. The review is based on my honest opinion.